Perkembangan Karawitan Bali
Dalam periode tahun 1970 sampai dengan
1990an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan yang cukup
menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu
memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan
dari seni karawitan di daerah ini.
Di satu sisi telah terjadi
penyebaran gamelan keseluruh Bali, bahkan keluar daerah serta keluar
negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan
baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.
Di
sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan
gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah
memiliki gamelan. Banyak desa bahkan memiliki 2 - 3 barungan gamelan.
Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang
paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini
disebabkan oleh keberadaan daripada barungan gamelan ini yang serba guna
dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama
kalangan generasi muda.
Ada bebrapa contoh yang dapat dijadikan
bukti terhadap perkembangan Gong Kebyar ini. Di desa Singapadu sebuah
desa di Kabupaten Gianyar misalnya, hingga sekitar akhir tahun 1960
hanya ada 1 barung Gong Kebyar dan 7 barung gamelan Geguntangan atau
Paarjan. Dua puluh tahun kemudian di desa yang terdiri dari 13 banjar
dinas ini telah ada 6 barung Gong Kebyar dan 2 barung Geguntangan.
Jumlah ini masih perlu ditambah 2 barung Gong Kebyar yang dimiliki oleh
sanggar atau sekaa pribadi. Di kota-kota besar diluar Bali seperti
Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta juga telah berdiri group musik
dan gamelan Bali. Dapat dipastikan bahwa gamelan yang dimiliki oleh
group-group ini adalah gamelan Gong Kebyar.
Di tingkat
Internasional, gamelan Bali (Gong Kebyar, Semar Pagulingan dan Gender
Wayang) sudah tersebar ke Eropa, Jerman, Australia, Jepang, Canada,
India dan mungkin yang terbanyak ke Amerika Serikat. Walaupun kebanyakan
dari barungan gamelan Bali ini ditempatkan di perwakilan RI, ataupun
universitas-universitas, semakin banyak group-group swasta dan
perorangan yang memiliki gamelan sendiri. Group Sekar Jaya El Ceritto,
California, Giri Mekar di Woodstock, New York (keduanya di Amerika
Serikat), dan group Sekar Jepun di Tokyo Jepang adalah beberapa group
kesenian asing yang hingga kini masih aktif. Menjadi semakin kompleksnya
komposisi gamelan Bali yang diwarnai dengan melodi serta teknik
cecadetan yang semakin rumit.
Belakangan ini muncul
komposisi-komposisi musik baru yang menampilkan melodi yang lincah dan
mempergunakan banyak nada. Hal ini sangat berbeda dengan gending-gending
dari masa lampau yang melodi-melodinya sangat sederhana, mempergunakan
beberapa nada saja dan berisikan banyak pengulangan. Pola-pola cecadetan
yang muncul belakangan ini sudah banyak memakai pola ritme/ hitungan
tidak ajeg seperti tiga, lima atau tujuh.
Dalam komposisi lama,
dalam gender wayang sekalipun pola ritme/ hitungan ajeg sangat dominan.
Perubahan ini juga diikuti oleh masuknya jenis pukulan rampak dan keras,
yang datangnya secara tiba- tiba seperti yang terjadi pada Gong Kebyar.
Tambah lagi ekspresi musikal hampir semua gamelan Bali menjadi
"ngebyar" (meniru Gong Kebyar). Nampaknya perubahan ini besar kaitannya
dengan adanya pengaruh gamelan Gong Kebyar.
Kecenderungan yang
lain adalah pengembangan barungan dengan cara menambah beberapa
instrumen baru. Gejala ini yang terlihat dalam pengembangan gamelan
Geguntangan, munculnya Adi Merdangga dan gamelan pengiring sendratari.
Hal ini kiranya berkaitan dengan munculnya stage-stage pementasan besar
dengan penonton yang berada jauh dari arena pentas (tempat menari). Agar
musik dapat didengar oleh penonton yang berada di kejauhan ini, maka
penambahan instrumen menjadi perlu selain menggunakan sistem
amplifikasi. Misalnya saja pada tahun 1970, gamelan Geguntangan adalah
suatu barungan kecil yang menimbulkan suara lembut merdu. Kini
Geguntangan sudah dilengkapi dengan beberapa buah kulkul, dengan
beberapa instrumen bilah seperti cuing dan lain-lain. Ada kecenderungan
bahwa perkembangan seni Karawitan Bali lebih didominir oleh gaya Bali
Selatan.
Seni Karawitan sebagaimana halnya kesenian Bali lainnya,
juga meliputi dua gaya daerah : Bali utara dan Bali Selatan. Perbedaan
antara kedua gaya ini tampak jelas dalam tempo, dinamika dan ornamentasi
dari pada tabuh- tabuh dari masing-masing gaya.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa untuk tempo tabuh-tabuh Bali Utara cenderung lebih
cepat dari yang di Bali Selatan. Hal ini juga menyangkut masalah
dinamika di mana tanjakan dan penurunan tempo musik Bali Utara lebih
tajam daripada Bali Selatan. Namun demikian, ornamentasi tabuh-tabuh
Bali Utara cenderung lebih rumit daripada Bali Selatan. Akhir-akhir ini
tabuh-tabuh gaya Bali Utara terasa semakin jarang kedengarannya,
sebaliknya tabuh-tabuh Bali Selatan semakin keras gemanya. Semua yang
sudah diuraikan di atas mengisyaratkan kemajuan karawitan Bali baik
secara kuantitas maupun kwalitas. Ada kecendrungan bahwa di masa yang
akan datang seni karawitan Bali, khususnya instrumental yang didominir
oleh gamelan Gong Kebyar dan ekspresi "ngebyar" akan masuk ke
jenis-jenis gamelan non-Kebyar. Sementara karawitan gaya Bali Utara dan
Selatan akan berbaur menjadi satu (mengingat pemusik kedua daerah budaya
ini sudah semakin luluh), gamelan klasik seperti Semar Pagulingan
nampaknya akan bangkit kembali.
Di masa yang akan datang,
bentuk-bentuk seni karawitan dan barungan gamelan Bali baru akan terus
bermunculan. Adanya "kebiasaan" dikalangan seniman Bali untuk terus
mencoba, mencari dan menggali ide-ide baru, baik dari dalam seni budaya
tradisi mereka maupun dari unsur luar yang senafas, sangat memungkinkan
akan terwujudnya perkembangan seni karawitan Bali yang lebih baik di
masa yang akan datang.